Hai sobat
Kidung Kawan, kali ini admin akan membagi materi terkait organ indera yaitu, Telinga. Selamat membaca ^^.
I.
Anatomi telinga
A.
Telinga luar
|
Telinga Luar |
Telinga luar terdiri dari auricula
(pinna) dan canalis auditorius eksternus. Auricula terdiri dari bagian yang
bertulang rawan (helix, anti helix, tragus, antitragus) dan bagian yang tak bertulang
rawan (lobulus)
Canalis auditorius eksternus berupa suatu saluran berawal dari belakang tragus yang melengkung ke bawah sepanjang 24 mm. Sepertiga lateral dari canalis ini terdiri dari tulang rawan (pars cartilaginous), merupakan lanjutan auricula, dilapisi kulit berambut dan mempunyai kelenjar yang menghasilkan serumen. Dua pertiga medial canalis terdiri dari tulang (pars osseus), tidak berambut, dan tekanan pada daerah ini menimbulkan rasa sakit. Antara pars cartilaginous dan pars osseus terdapat suatu penyempitan (isthmus).
B. Telinga tengah
Telinga tengah merupakan ruang berongga berisi udara berbentuk kubus dengan :
- Batas luar : membran timpani
- Batas depan : tuba eustachius
- Batas bawah : vena jugularis
- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
- Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
- Batas dalam : berturut-turut dari ataas kebawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window), dan promontorium.
Membran timpani
Membran timpani (ear drum) berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propia).
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Reflaks cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani, normalnya berupa kerucut. Secara klinis refleks cahaya ini dinilai misalnya bila letak refleks cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus terhadap pada garis tersebut di umbo, sehingga didapatkan kuadran antero inferior (I), antero superior (II), postero superior (III), dan postero inferior (IV), di mana jika terdapat perforasi pada membran timpani kuadran ini sebagai petunjuk letaknya.
Catatan : Pemberian kuadran yaitu untuk telinga kiri searah jarum jam, telinga kanan berlawanan arah jarum jam dan dimulai dengan kuadran anterior inferior.
Di dalam telinga terdapat tulang-tulang pendengaran (ossikula auditiva) yang dari luar ke dalam tersusun atas malleus, inkus, dan stapes. Tulang-tulang ini saling berhubungan.
Ruang telinga tengah dihubungkan dengan nasofaring oleh saluran tuba auditiva, dan berhubungan dengan ruangan-ruangan para tympanika yang terdiri dari mastoid dan sistema petrocellular yang berisi udara.
C. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari :
1. Labyrinth osseus yang merupakan susunan ruangan-ruangan terdapat di dalam pars petrosa os temporalis. Terdiri dari 3 bagian yaitu :
a.
Vestibulum,
b.
Kanalis semisirkularis dan
c.
Kokhlea
Ruangan ini berisi cairan perilimfe yang berhubunngan dengan ruangan subarachnoid otak melalui saluran aquaeductus cochlearis.
2.
Labyrinth membranous
Merupakan susunan kantong-kantong dan duktus-duktus terdapat di labyrinth osseus yang mempunyai bentuk yang sama kecuali pada vestibulum di mana labyrinth membranous terdiri 2 kantong yaitu : utriculus dan sacculus . Labyrinth membranous berisi cairan endolimfe, dan dipisahkan dari dinding labyrinth osseus dan cairan perilimfe. Utriculus, sacculus, dan ketiga canalis semisirkularis merupakan organ pengatur keseimbangan tubuh, sedangkan sebagai organ pendengaran berupa bangunan seperti rumah siput berbentuk dua tiga perempat putara yang disebut kokhlea.
II. FISIOLOGI TELINGA
A. Fungsi pendengaran
Getaran suara di udara akan melalui kanalis auditorius eksternus kemudian ditangkap oleh membran timpani yang mengakibatkan bergetarnya membran timpani diikuti dengan penghantaran getaran oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran sampai ke perilimfe vestibulum.
Selanjutnya diikuti penghantaran gelombang suara melalui cairan perilimfe vestibulum ke perilimfe skala vestibule berlanjut ke skala timpani. Pergerakan gelombang perilimfe tersebut menyebabkan getaran pada skala media yang berisi endolimfe, sehingga merangsang sel-sel rambut di organ corti. Ini disebut fase konduktif/mekanik/fisik. Adanya gangguan pada rangkaian penghantaran gelombang suara ini akan menyebabkan tuli konduksi atau tuli hantaran.
Selanjutnya getaran diteruskan ke kokhlea di telinga dalam. Kokhlea akan merespon getaran tersebut sehingga timbul impuls saraf yang diteruskan melalui nervus auditorius (n. VIII) menuju pusat pendengaran di otak. Jalur ini disebut fase sensorineural /elektrik /fisiologik. Adanya gangguan pada lintasan ini akan mengakibatkan tuli saraf (sensorineural deafness).
B. Fungsi keseimbangan
Labirynth di telinga dalam berperan mengali posisi dan gerakan kepala yang akan membantu kita dalam mempertahankan keseimbangan tubuh. Kanalis semisirkularis bereaksi terhadap rangsangan berputar, sedangkan utrikulus dan sakulus terhadap percepatan linear dan gaya gravitasi.
C. Fungsi tuba Eustasius
Tuba eustasius menghubungkan telinga tengah dengan udara luar melalui muaranya di nasofaring. Pada keadaan normal saluran ini tertutup dan akan terbua saat kita mengunyah akibat kontraksi muskulus levator palatini dan muskulus tensor palatini. Salauran ini berfungsi untuk mengatur keseimbangan tekanan udara yang ada di telinga tengah di samping juga sebagai drainase.
Sekian dulu materi mengenai
anatomi dan fisiologi telinga, semoga bermanfaat :)
Sumber :
Buku Panduan Keterampilan Medik FKUII 2012, Yogyakarta
Kunjungi juga :