Di bawah ini adalah kisah tujuh pemuda ashabul kahfi, di mana Allah swt. telah mengabdikannya di dalam al-Quran dan menjadikannya sebagai nama salah satu surah dalam al-Quran, yaitu al-Kahfi. Selamat membaca:
Menurut riwayat, mayoritas penduduk kota Upsus tinggal di Tartus, Turki, Asia Kecil yang penduduknya menganut agama Nasrani. Suatu waktu mereka diperintah oleh seorang penguasa yang zalim dan angkuh serta haus kekuasaan, yang bernama raja Diyaknus. Ia adalah kaisar dari bangsa Romawi yang berkuasa antara tahun 249 – 251.
Diyaknus memaksa rakyatnya agar meninggalkan agama mereka dan beralih menyembah berhala. Ia membunuh siapa saja yang menentang perintahnya sehingga rakyatnya yang takut akan ancaman rela meninggalkan agamanya mengikuti perintah sang raja. Namun, di antara penduduk tersebut terdapat tujuh pemuda yang tidak mau mengikuti perintah Diyaknus.
Seluruh pemuda itu tetap mempertahankan keimanannya dengan tetap menyembah Allah swt. Diyaknus mengetahui pendirian mereka yang teguh. Ia memanggil dan mengancam akan membunuh mereka. Ketika menghadap raja, ketujuh pemuda dengan tegas mengatakan, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi. Kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kalau menyembah selain Dia telah melakukan perbuatan yang amat jauh dari kebenaran.”
Sekalipun raja sangat garang dengan pendirian mereka, namun ia memberikan waktu berpikir kepada mereka untuk mempertimbangkannya, bila tidak mau merubah pendirian ia akan membunuh mereka. Maka dengan ilham dari Allah swt, di antara mereka terjadi perbincangan, “Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu. Niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu.”
|
Kisah Tentang Ashabul Kahfi |
Untuk menyelamatkan keimanan, pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke suatu gua yang terletak di gunung Naikhayus, tidak jauh dari kota Upsus, kemudian mereka berdoa, “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami.”
Mereka adalah pemuda-pemuda yang benar-benar beriman maka Allah swt. menambah petunjuk kepada mereka. Setelah mereka di dalam gua maka Allah swt. menutup telinga mereka dan mereka tertidur.
Raja pun ternyata mengetahui bahwa para pemuda tersebut bersembunyi dalam gua. Raja kemudian memerintahkan kepada prajuritnya untuk menangkap mereka, namun tak seorang pun yang sanggup masuk ke dalamnya. Maka raja memerintahkan rakyatnya menutup pintu gua agar pemuda itu mati kelaparan.
Tanpa mereka sadari masa berlalu ratusan tahun, yaitu selama tiga ratus tahun ditambah sembilan tahun. Lalu Allah swt. membangunkan mereka. Dan berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sudah berapa lamakah kita berada di sini? Kita berada di sini sehari atau setengah hari?” Yang lain berkata, “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lama kamu berada di sini.” Maka salah seorang di antara mereka pergi ke kota untuk membeli makanan dengan membawa uang perak. Utusan tersebut merasa heran karena melihat adanya perubahan mencolok di sekitar kota. Ia lebih terkejut lagi ketika uangnya ditolak oleh penjual makanan dan dikatakan bahwa uangnya tidak laku lagi. Bahkan penjual makanan menuduh pemuda itu hendak menipu. Ketika peristiwa ini diketahui oleh petugas kerajaan maka pemuda itu diselidiki. Kemudian ia menceritakan perihal dirinya dan keenam temannya. Ia pun diberitahu bahwa raja Diyaknus telah meninggal ratusan tahun yang lalu dan raja yang berkuasa sekarang ada raja Theodosius yang beriman kepada Allah swt.
Semoga kisah tentang Ashabul Kahfi tersebut dapat memberikan hikmah dan pelajaran untuk kita semua. Segala kekuatan kita kembalikan kepada Allah swt.