Nabi Ibrahim as. dilahirkan di tengah masyarakat yang musyrik dan kafir. Beliau adalah anak Azar, yang juga masih keturunan Sam bin Nuh, Nabi Ibrahim as. dilahirkan pada tahun 2295 sebelum Masehi, di negeri Mausul, pada zaman raja Namrud. Azar, ayahnya adalah tukang membuat patung untuk sesembahan kaumnya. Ketika itu, raja Namrud memerintah dengan sangat zalim dan tanpa undang-undang. Bahkan raja itu mengakui dirinya sebagai Tuhan. Semua rakyatnya menyembah berhala.
Nabi Ibrahim as. Dibuang ke Hutan
Raja Namrud adalah raja yang keji dan kejam. Ia seorang raja yang tidak mau lengser dan ingin berkuasa terus-menerus bahkan ingin hidup terus-menerus. Karena itu, ia tak segan-segan untuk membodohi rakyat-rakyatnya agar menyembah berhala. Bahkan ia juga memproklamirkan diri sebagai salah satu Tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Sehingga segala perintahnya tidak ada yang berani membangkang.
Sebelum Nabi Ibrahim as. lahir, raja Namrud pernah bermimpi melihat seorang anak lelaki melompat masuk ke dalam kamarnya lalu merampas mahkota dan menghancurkannya. Esok harinya, ia memanggil tukang ramal dan tukang tenung untuk menafsirkan arti mimpinya itu.
Menurut tukang ramal, anak laki-laki dalam mimpi raja itu kelak akan meruntuhkan kekuasaan sang raja. Tentu saja, raja Namrud murka. Ia memerintahkan kepada para prajuritnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir.
Nabi Ibrahim as. yang baru lahir secara diam-diam diselamatkan oleh ayahnya dengan jalan disembunyikan dalam sebuah gua di hutan. Dengan izin Allah swt., beliau dapat hidup dengan selamat tanpa gangguan binatang buas. Karena jauh dari kaumnya maka sejak kecil Nabi Ibrahim as. terbebas dari segala macam bentuk syirik dan maksiat. Hidayah Allah swt. merasuk ke dalam hatinya sehingga Nabi Ibrahim as. sering kali berpikir dan merenungkan berhala-berhala dan batu yang dipuja dan disembah oleh kaumnya. Kemudian timbul pertanyaan di hatinya, mengapa benda-benda yang tidak dapat berbuat apa-apa itu disembah? Lalu, di manakah Tuhan yang sebenarnya?
Ketika Nabi Ibrahim as. melihat bulan dan bintang di malam hari, lalu matahari di siang hari, beliau berkata di dalam hati, mungkinkah benda-benda itu Tuhan? Tetapi, ketika ternyata bulan dan bintang menghilang, dan matahari pun terbenam, beliau berkata, "Aku tak akan bertuhan kepada benda-benda seperti itu." Hal tersebut dijelaskan oleh Allah swt. di dalam surah al-An'am ayat 76 - 79.
Nabi Ibrahim as. Bergaul dengan Kaumnya
Sesudah dewasa dan berita tentang pembunuhan bayi-bayi sudah sirna. Nabi Ibrahim as. diizinkan kedua orang tuanya keluar dari gua. Hidup di tengah-tengah masyarakat.
|
Kisah Nabi Ibrahim as. |
Kesedihan menggerogoti hatinya, ternyata masyarakat di sekitarnya sudah bobrok mental dan akhlaknya. Akal pikiran mereka benar-benar sudah tumpul sehingga patung dan batu-batu bergambar mereka jadikan Tuhan yang disembah-sembah.
Ayah Nabi Ibrahim as. sendiri adalah tukang pembuat patung yang dijual kepada masyarakat banyak. Dan ayahnya juga menyembah patung yang dibuatnya sendiri.
Nabi Ibrahim as. kemudian mengadu kepada Tuhannya, "Ya Tuhan, aku sedang menderita, derita batin. Aku melihat kemungkaran dan kesesatan. Untuk apakah gerangan akal pikiran yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka? Apakah akal pikiran itu hanya digunakan untuk mencari kekayaan dan berbuat kerusakan belaka? Oh Tuhanku, tunjukilah aku. Jika Tuhan tidak menunjuki aku, sungguh aku akan menjadi orang yang tersesat dan berbuat aniaya."
Lalu Allah swt. memberikan petunjuk kepada Nabi Ibrahim as. Beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Beliau diberi wahyu sehingga keyakinan tentang adanya Tuhan bukan sekedar kesimpulan akal pikirannya belaka, melainkan berasal dari ketetapan Tuhan.
Allah swt. mengajarkan segala rahasia yang ada di balik alam nyata ini. Bahwa di balik alam nyata ini ada juga alam ghaib. Setiap manusia yang mati kelak akan dibangkitkan lagi di alam akhirat.