Nabi Idris as. adalah keturunan Nabi Syits, anak bungsu Nabi Adam. Kepadanya, Allah menurunkan tiga puluh shahifah (lembaran) yang berisi petunjuk untuk disampaikan kepada umatnya, terutama kepada keturunan Qabil yang durhaka kepada Allah swt. Dengan diturunkannya shahifah itu maka resmilah Idris diangkat sebagai nabi dan rasul Allah swt.
Nabi Idris as. adalah orang yang mula-mula pandai menulis dengan pena, pandai membaca, mengetahui ilmu falak, ilmu hitung, pandai menjahit, menunggang kuda, dan dialah yang mula-mula berani memerangi orang-orang yang sesat dan durhaka.
Nabi Idris as. banyak mempelajari kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi Adam dan Nabi Syits. Beliau pulalah yang pertama-tama pandai menggunting dan menjahit pakaian. Sebelum itu, semua orang memakai pakaian yang terbuat dari kulit binatang.
Nabi Idris as. mempunyai kekuatan yang luar biasa sehingga beliau mendapat gelar Asad ul-Usud (singa segala singa). Dengan keperkasaannya itulah beliau memerangi kaumnya yang durhaka kepada Allah swt. dan mengingkari syariat-Nya. Dengan segala kelebihannya itu, Nabi Idris as. justru senantiasa ingat kepada Allah swt. sehingga beliau memperoleh derajat yang tinggi.
Dalam sebagian riwayat diceritakan bahwa Nabi Idris as. diberi kesempatan untuk bertemu dan berkenalan dengan para malaikat, beliau mengajukan permintaan untuk dapat melihat alam gaib. Permintaan itu pun dikabulkan maka naiklah Nabi Idris as. ke langit yang keempat, sebagian ulama mengatakan bahwa sampai ke langit yang keenam.
|
Kisah Nabi Idris as. |
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yang bersumber dari Anas bin Malik dinyatakan,
"Ketika Nabi Muhammad saw. dan Jibril melalui suatu tempat pada peristiwa Isra dan Miraj, beliau sempat bertemu dengan seseorang yang menyambutnya seraya berkata, "Selamat datang wahai nabi dan saudaraku yang sholeh." Maka bertanyalah Nabi Muhammad saw. kepada Jibril, "Siapakah dia?" Jibril menjawab, "Idris."
Di antara nasihat dari Nabi Idris as. adalah:
- Kesabaran yang disertai keimanan kepada Allah swt. akan membawa kemenangan.
- Orang yang bahagia adalah orang yang mawas diri dan mengharap syafaat Allah swt. dengan amalan-amalan sholehnya.
- Jangan bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan jangan menuntut sumpah dari orang yang berdusta supaya kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.
- Janganlah mengiri orang yang mujur nasibnya karena mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kemujuran nasibnya.
- Barang siapa melewati kesederhanaan (berlebih-lebihan atau berfoya-foya) tidak sesuatu pun akan memaskannya.