Suatu ketika Raja Namrud dan kaumnya pergi meninggalkan negeri, kampung-kampung mereka tertinggal kosong. Kesempatan itu dipergunakan oleh Nabi Ibrahim as. untuk melaksanakan niat yang selama ini dipendamnya, yaitu menghancurkan berhala-berhala yang ada di tempat peribadatan Raja Namrud dan rakyatnya. Maka dengan menggunakan kapak, mulailah Nabi Ibrahim as. memecah-mecahkan berhala-berhala itu satu-persatu. Tetapi, karena maksud tertentu, ada satu berhala yang tetap dibiarkan utuh, yakni berhala yang terbesar. Setelah selesai menghancurkan semua berhala yang lain, Nabi Ibrahim as. mengalungkan kapaknya pada leher berhala terbesar itu. Kemudian beliau pergi meninggalkan tempat peribadatan itu.
Beberapa lama kemudian Raja Namrud dan para pengikutnya datang. Demi melihat keadaan rumah peribadatan mereka berantakan dan berhala-berhala hancur maka murkalah sang raja. Tak pelak lagi Nabi Ibrahim as. langsung menjadi orang yang tertuduh dalam hal itu sebab sudah dikenal di seluruh negeri bahwa Nabi Ibrahim as. sangat membenci sesembahan kaumnya. Maka beliau dihadapkan kepada Raja Namrud untuk diadili.
Sang raja bertanya dengan geram, "Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala di rumah peribadatan?"
"Bukan!" jawab Nabi Ibrahim singkat.
Mendengar jawaban itu Raja Namrud semakin naik pitam. Dengan nada lebih keras ia berkata, "Lalu, siapa lagi kalau bukan engkau? Bukankah engkau berada di sini ketika kami semua pergi, dan bukankah engkau amat membenci sesembahan kami?"
|
Kisah Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala |
"Ya, tapi aku tidak menghancurkan berhala-berhala itu. Aku pikir, barangkali berhala besar itulah yang telah melakukannya. Bukankah kapak yang ada di lehernya membuktikan perbuatannya?" sahut Nabi Ibrahim as. dengan tenang.
"Mana mungkin berhala dapat berbuat seperti itu?" kata Raja Namrud dengan membantah pernyataan Nabi Ibrahim as.
Mendengar itu, Nabi Ibrahim as. dengan tegas berkata, "Kalau begitu, mengapa engkau sembah berhala yang tidak dapat berbuat apa-apa?" Mendengar pernyataan Nabi Ibrahim itu, orang-orang yang menyaksikan jalannya pengadilan itu terkejut dan banyak di antara mereka yang sadar. Terpikir oleh mereka bahwa memang begitulah adanya; mereka telah menyembah sesuatu yang tak dapat melihat, mendengar, dan bergerak. Meskipun demikian, Raja Namrud justru semakin murka karenanya.