Di bawah ini adalah kisah dari seorang bodoh yang mencoba menghasud raja karena dengki dengan penasehat raja yang sangat akrab dengan sang raja. Semoga kisah ini dapat memberi teladan untuk kita semua. Selamat membaca:
Alkisah pada suatu masa ada seorang raja yang arif dan bijaksana. Raja itu mempunyai seorang penasehat yang saleh. Sewaktu mereka berbincang-bincang dengan raja tentang akibat yang ditimbulkan dari sifat dengki, penasehat berpesan agar raja bertindak arif dan bijaksana terhadap rakyat dan para pembantunya.
Melihat penasehat sangat akrab dengan raja, ada orang bodoh yang iri dan sangat benci pada penasehat. Si bodoh mempunyai rencana untuk menjauhkan raja bahkan membuat raja membenci penasehat.
Setelah penasehat pulang maka orang bodoh segera menghampiri raja dengan tujuan untuk memfitnah penasehat. “Hai ada apa Saudara?” tanya raja. “Maaf paduka, hamba ingin menghadap untuk menyampaikan sesuatu yang sangat penting demi kehormatan dan kewibawaan paduka di mata rakyat,” kata orang bodoh itu.
Mendengar maksud orang bodoh itu, raja pun mempersilakan orang tersebut untuk menyampaikan nasehatnya. “Begini paduka, tadi saya melihat penasehat dengan paduka dan kelihatan baik kepada paduka. Perlu paduka ketahui bahwa kebaikan penasehat hanyalah semu dan dibuat-buat, ibarat pepatah musang berbulu ayam.”
“Kalau begitu apa buktinya?” kata raja dengan tidak percaya.
“Begini paduka, sebelumnya saya minta maaf bahwa penasehat pernah berkata kepada saya dan teman-teman bahwa paduka mempunyai bau busuk sehingga bila berbicara dengan paduka dia selalu menutupi mulutnya, paduka bisa membuktikan sendiri.”
Mendengar semua itu raja pun menjadi marah dan naik pitam. Melihat raja marah, hati orang itu tertawa karena tipu dayanya berhasil.
|
Gambar bersumber dari google |
Setelah mengadu kepada raja, orang itu segera menemui penasehat di rumahnya untuk diundang makan malam. Penasehat pun datang ke rumah orang itu, di sana penasehat dijamu dengan aneka makanan yang diberi lalapan bawang, pete, jengkol dan makanan yang berbau tidak sedap. Dengan lahapnya penasehat menikmati hidangan tersebut.
Pada pagi harinya raja memanggil penasehat untuk menghadap dan untuk membuktikan perkataan orang itu, kemudian baginda mengajak bicara. Ketika penasehat berbicara kadang menjauhkan muka dan menutup mulutnya, langsung saja raja membenarkan ucapan orang yang melapor.
Kemudian raja menulis sebuah surat kepada seseorang yang harus diantar oleh penasehat, “Penasehat tolong surat ini sampaikan kepada alamat yang ada di dalam surat ini!” perintah raja.
“Baik baginda. Assalamu’alaikum.” Dengan perasaan senang seperti tidak terjadi sesuatu, penasehat keluar dari istana dan setibanya di pintu gerbang kerajaan, penasehat bertemu dengan orang bodoh itu.
Melihat penasehat gembira orang itu pun penasaran dan menghampirinya, “Hai penasehat, kelihatannya kamu gembira sekali,” kata orang itu. “Ya, aku mendapatkan amanat dari raja untuk menyampaikan surat ini,” jawab penasehat. Kemudian timbullah sikap serakah dari orang itu. Karena sudah menjadi kebiasaan setiap mengantar surat pasti diberi uang ganti perjalanan yang lumayan banyak, apalagi surat itu langsung dari raja, yang ditulis sendiri. Biasanya berisi tentang hadiah.
“Begini penasehat, bagaimana kalau surat itu aku saja yang mengantar. Aku kasihan padamu karena alamat surat ini jauh,” pinta orang itu. Sebenarnya penasehat tidak mau memberikan, tetapi karena selalu diminta terus akhirnya penasehat mengalah demi persahabatan mereka. Dengan suka cita pergilah orang itu ke alamat surat tersebut, yang dialamatkan pada seorang jalwa atau algojo kerajaan.
Kemudian orang itu dipersilakan duduk dan dibacalah surat tersebut yang isinya perintah untuk membunuh pengantar surat tersebut karena telah menghina raja, akhirnya dengan bengis algojo itu menghajar orang itu dan membunuhnya.
Itulah balasan bagi orang yang suka bersikap hasud atau dengki yang justru akan kembali pada dirinya sendiri.
Semoga kisah di atas dapat memberikan pelajaran untuk kita semua dan dijauhkan dari sikap hasud atau dengki.