Di bawah ini adalah sebuah dongeng atau cerita tentang Kembang Wijaya Kusuma. Selamat Membaca:
Pada zaman kerajaan Kediri diperintah oleh Prabu Aji Pamoso. Ada seorang resi yang terkenal sakti, namanya Resi Kano. Kabar kesaktian sang resi sampai kepada Prabu Aji Pamoso. Sang prabu iri dengan kesaktian Resi Kano. Dia khawatir jika ada orang yang melampaui kesaktiannya akan membuat wibawanya turun di mata rakyat Kediri.
Lalu dicari cara untuk mengusir resi tersebut dari wilayah Kediri atau membunuhnya. Sebelum pengusiran dilaksanakan oleh raja, Sang Resi sudah mendengarnya terlebih dahulu.
Secara diam-diam, Resi Kano meninggalkan kerajaan Kediri. Berita kepergian Resi Kano didengar Prabu Aji Pamoso. Sang prabu makin murka lalu ia menyuruh para pengawal yang sakti untuk menemaninya memburu Resi Kano. Perjalanan Resi Kano sampai di pantai selatan Pulau Jawa, dekat daerah Cilacap.
Resi Kano mencari tempat yang sunyi dan sulit ditempuh oleh manusia untuk bertapa. Dia mohon kepada Yang Maha Kuasa akan nasib dirinya yang diburu-buru oleh Prabu Aji Pamoso. Tak lama kemudian, Prabu Aji Pamoso dan pengawalnya yang gigih sampai di tempat itu.
Resi Kano dapat ditemukan di tempat persembunyiannya. Sewaktu Resi Kano sedang bersemedi dia dibunuh oleh Prabu Aji Pamoso sendiri. Anehnya raga Resi Kano juga lenyap dari pandangan mata. Bersama lenyapnya raga sang resi terdengar suara gemuruh memanggil Prabu Aji Pamoso, "Wahai sang Raja, berkat jasamu aku telah kembali menjadi manusia biasa. Namaku Dewi Wasowati. Sebagai balas jasaku akan kupersembahkan kepadamu sebuah cangkok kembang Wijaya Kusuma. Bunga ini tidak akan paduka dapatkan dalam alam biasa. Siapa yang bisa memiliki cangkok Wijaya Kusuma dia akan menurunkan raja-raja yang berkuasa di Pulau Jawa."
|
Ilustrasi (Gambar) bersumber dari Google |
Mendengar perkataan Dewi Wasowati, Prabu Aji Pamoso sangat gembira. Dengan kesaktiannya dia mengayuh dayung untuk menemui Dewi Wasowati yang berada di sebuah pulau keci.
Ketika Dewi Wasowati menyerahkan kembang Wijayakusuma ia berkata, "Hendaknya sang prabu menjadi saksi, pegunungan karang ini saya beri nama Nusa Kembangan. Sebab aku menyerahkan kembang Wijaya Kusuma di atas pulau karang ini."
Setelah menyerahkan kembang Wijaya Kusuma itu, Dewi Wasowati lenyap dari pandangan mata. Sang Prabu segera kembali ke perahu kecil untuk ke pantai Cilacap. Karena gugup dan kurang hati-hati, cangkok Wijaya Kusuma yang digenggamnya jatuh di tengah samudera. Dia sadar telah sampai di pantai. Sang Prabu menyesali nasibnya, tidak berhasil membawa kembang cangkok Wijaya Kusuma menuju Kediri.